Sabtu, 02 Juni 2012

KATA DEPAN

KATA DEPAN (PREPOSISI)

Kata depan atau preposisi berasal dari berasal dari bahasa Latin yang dibentuk oleh kata prae bearti ‘sebelum’ dan kata ponere bearti ‘menempatkan, tempat’). Dalam bahasa Inggris kata depan disebut preposition, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut voorzetsel.
Mengapa disebut kata depan? Karena kata depan digunakan di muka kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat lain. Istilah kata depan juga dipakai oleh Ramlan yang mempunyai arti: kata-kata yang berfungsi sebagai penanda dalam frase eksosentrik, secara semantik kata depan digunakan untuk menandai makna ’alat’, ’peserta’, ’cara’, ’asal’, ’bahan’, ’sebab’, ’alasan’, ’unsur’, dan ’perbandingan’.
Kata depan lebih dikenal dengan sebutan preposisi. Preposisi adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa (Abdul Chaer, 2008: 96).
Kata depan mempunyai fungsi sangat penting sebab turut serta mengarahkan arti atau maksud kalimat (Sudarno dan Eman, 1986: 30). Maksudnya, jika suatu kalimat harus menggunakan ata depan, tetapi kata itu tidak digunakan, maka arti kalimat akan berubah bahkan ada yang tidak dipahami lagi maknanya.


KATA DEPAN

Kata depan adalah kata yang menghubungkan kata benda dengan kata lain, serta sangat menentukan sekali sifat penghubungnya. Kata depan erat hubungannya dengan kedudukan, arah, maupun tujuan. Kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Kata depan sejati : Di, ke, dari. Kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kata-kata yang merangkaikan tempat dan sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Sidoarjo, ke pasar, dari sekolah dll.
b) Kata depan majemuk : Di atas, ke sana, di bawah, ke muka, dari pada dll.
c) Kata depan yang lain : Bagi, pada, untuk, sebab, serta, sampai, oleh, perihal, dengan, karena, akan, demi, guna,untuk, buat, terhadap, antara, tentang, hingga dll.
Ada beberapa kata depan istimewa yang perlu dijelaskan yaitu :
Akan => kata depan akan dapat menduduki beberapa macam fungsi :
a) Pengantar objek, contoh :
- Ia tidak tahu akan persoalan itu
- Dia lupa akan semua kejadian itu
b) Untuk menyatakan akan terjadinya sesuatu, contoh :
- Saya akan pergi ke Sidoarjo
- Ibu akan datang besok
c) Untuk penguat atau penentu, contoh :
- Akan hal itu bicarakan besok saja
- Akan peristiwa itu kita jadikan sebagai sebuah pelajaran
Dengan => Kata depan dengan dapat menduduki beberapa macam fungsi :
a) Untuk menyatakan alat, contoh :
- Maling memukul satpam dengan pentungan
b) Untuk menyatakan hubungan kesertaan, contoh :
- Ronaldo bermain sepak bola dengan kawannya
c) Membentuk keterangan kualitatif, contoh :
- Siswa mengerjakan ulangan dengan teliti
d) Menyatakan keterangan perbandingan,contoh :
- Wanita itu sama cantiknya dengan Luna Maya
Atas => Kata depan atas dapat menduduki beberapa macam fungsi :
a) Membentuk keterangan tempat, yang artinya sama dengan di atas, contoh :
- Kami terima amanah itu di atas pundak kami
b) Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan keterangan :
- Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran saudara
Antara => Kata depan antara dapat menduduki beberapa macam fungsi :
a) Sebagai penunjuk arah, contoh :
- Jawa Tengah terletak sejauh antara Jawa Barat dan Jawa Timur
b) Sebagai penunjuk tempat, contoh :
- Telur bebeknya ada diantara bebek-bebek itu
c) Bermakna kira-kira, contoh :
- Antara dua tiga hari lagi pekerjaan itu akan selesai

KATA PENGHUBUNG (SAMBUNG)

Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan kalimat dengan kalimat.
Contoh : Dan, lagi, dan lagi, demi, untuk, sebab, karena, sebelum, sesudah setelah, setiba, bilamana, lagi pula, apabila, biarpun, walaupun, serta, sampai, hingga dll. Macam-macam kata hubung :
a) Kata sambung yang menyatakan waktu, contoh : Sesudah, sebelum, ketika, setiba, sehabis, setelah, ketika dll.
b) Kata sambung yang menyatakan syarat, contoh : Jika, jikalau, kalau, apabila, bilamana, asal, andai, andaikan, asalkan, andaikata dll.
c) Kata sambung menyatakan keadaan, contoh : Sambil, sembari, sedang, padahal, ketika dll.
d) Kata sambung menyatakan cara, contoh : Supaya, agar, tetapi, melainkan, biarpun, walaupun, meskipun, berapapun, bagaimanapun, sekalipun dll.
e) Kata sambung yang menyatakan hubungan sebab akibat, contoh : Sebab, karena, karena itu, sebab itu, disebabkan, dikarenakan dll.
f) Kata sambung pengantar, contoh : Alkisah, konon dll
g) Kata sambung penyusun, contoh : lagi, lagi pula, serta, begitu, begitupula dll.

KATA

Kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempuyai arti. Namun dalam kamus besar nahasa Indonesia (KBBI) memilki “caratersendiri dalam mendefinisikan kata, pertama kata adalah unsure bahasa yangdiucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Pengertian kata juga sebanding dengan pengertian ujar atau biacara.

Kata adalah deretan huruf yangdiapit dua spasi dan mempunyai arti. Jika ditinjau darisegi bahada pengertian  kata adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan di anggap sebagai satuan terkecail yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.

Dalam bahasa Indonesia, "di" memunyai dua fungsi. Pertama, sebagai prefiks (awalan) dan kedua sebagai preposisi (kata depan). Kedua fungsi yang berbeda ini kerap dikacaukan dalam penggunaannya.

Sebagai prefiks, "di" selalu diikuti oleh verba (kata kerja) dan ditulis serangkai dengan verba tersebut. Sebagai preposisi, "di" selalu diikuti oleh kata yang menerangkan tempat. Dalam hal ini, "di" ditulis terpisah dari keterangan tempat yang mengikutinya. Contoh prefiks: ditulis, dimakan, dan didorong. Contoh preposisi: di jalan, di kantor, dan di Bandung.

Untuk keterangan tempat yang lebih spesifik, preposisi "di" mendapat tambahan kata yang sesuai dengan kekhususan tersebut, seperti atas, bawah, luar, dalam, muka, dan belakang. Dalam konteks ini, preposisi "di" tetap ditulis terpisah dari kata tambahan tersebut. Perhatikan contoh berikut: di meja, di kantor, di sekolah, di masjid, dan di rumah (tidak khusus). Adapun, di atas meja, di luar kantor, di depan sekolah, di belakang masjid, dan di dalam rumah (khusus). Preposisi "di" juga ditulis terpisah jika diikuti kata-kata, seperti antara (di antara), mana (di mana), sana/sini (di sana/sini).

Preposisi "di" tidak boleh digunakan untuk menunjukkan waktu. Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada". Perhatikanlah contoh berikut: di zaman Sriwijaya, di era pembangunan, di masa revolusi, di bulan yang lalu, dan di senja hari (tidak sesuai dengan kaidah). Seharusnya: pada zaman Sriwijaya, pada era pembangunan, pada masa revolusi, pada bulan yang lalu, dan pada senja hari (sesuai dengan kaidah).

Jika ada keterangan waktu yang menggunakan preposisi "di", biasanya hal semacam itu terdapat dalam sajak atau syair. Penyair memang memiliki kebebasan yang dikenal dengan sebutan licentia poetica. Kadang-kadang seorang pnnyair harus menyusun kata-kata untuk mendapatkan keseimbangan bunyi yang dapat melahirkan rasa keindahan. Dalam prosa dan esai, tidak boleh digunakan preposisi "di" untuk menunjukkan waktu. Larik berikut dibolehkan berdasarkan licentia poetica: di senja yang kelam ... di musim yang silam .... Kalau diukur dengan kaidah bahasa Indonesia, nukilan larik itu seharusnya berbunyi: pada senja yang kelam ...pada musim yang silam ....

Preposisi "di" tidak digunakan jika diikuti oleh kata ganti orang, seperti saya, dia, kamu, mereka, ayah, ibu, dan kakak. Sebagai gantinya, digunakan kata depan "pada". Perhatikan contoh berikut: "Bukumu ada di saya" atau "Titipkan bukuku di Sandri" (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, "Bukumu ada pada saya" atau "Titipkan bukuku pada Sandri" (sesuai dengan kaidah).

Preposisi "di" tidak digunakan jika yang mengikutinya adalah kata benda abstrak (niskala/tak berwujud). Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada", kadang-kadang dapat juga digunakan preposisi "dalam". Perhatikan contoh berikut: di pertandingan itu, di pikirannya, di pertemuan itu, dan di kesempatan ini (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, pada (dalam) pertandingan itu, pada (dalam) pikirannya, pada (dalam) pertemuan itu, dan pada (dalam) kesempatan ini (sesuai dengan kaidah).

Kata depan "di" tidak digunakan jika keterangan tempat didahului oleh angka (jika kata depan itu diikuti oleh angka), misalnya Di Sebuah Kapal, di dua kamar dipasang, di banyak kantor, dan di lima kota (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, Pada Sebuah Kapal (judul novel Nh. Dini), pada dua kamar dipasang, pada banyak kantor, dan pada lima kota (sesuai dengan kaidah).

Kata depan "di" tidak digunakan jika diikuti oleh keterangan tempat yang tidak sebenarnya, misalnya Di wajahmu kulihat bulan, Sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi dapat menyebabkan sakit gigi, Peganglah kepalanya dengan satu tangan di dagu dan satu tangan di dahi, dan Pasanglah penghalang di sisi kiri dan kanan tangga (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, Pada wajahmu kulihat bulan, Sisa makanan yang tertinggal pada sela-sela gigi dapat menyebabkan sakit gigi, Peganglah kepalanya dengan satu tangan pada dagu dan satu tangan pada dahi, dan Pasanglah penghalang pada sisi kiri dan kanan tangga (sesuai dengan kaidah).

Preposisi "pada" berubah menjadi "kepada" jika tekanannya mengenai arah. Contohnya, Geri melapor kepada polisi. Jika tekanannya tidak mengenai arah, gunakan preposisi "pada", misalnya Buku ini saya berikan pada Ibu Farika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar