Sabtu, 02 Juni 2012

MENULIS NARASI

MENULIS NARASI.

1 Pengertian Narasi

”Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri
pe­ristiwa itu” (Keraf, 1987:135). Suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Oleh karena itu narasi sulit sekali dibedakan dari deskripsi. Sebab itu, mesti ada unsur lain yang diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup du unsur dasar. Unsur yang terpenting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rang­­kaian waktu.
Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi meng­gambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkain waktu.
Menurut Parera (1984:3) karangan narsi adalah suatu bentuk pengalaman karangan dan tulisan yang bersifat menterahkan suatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis dari suatu peristiwa atau kejadian serta masalah. Pengarang bertindak sebagai seorang sejarahwan atau tukang cerita.

Berdasarkan uraian di atas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian periawa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusah dengan sejelas-jelasnya kepada pem­baca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk
me­ngetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya berupa perluasan pengetahuan para pem­baca sesudah membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi
eks­positoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan ke­pada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan untuk me­nyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis ataupun lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapt pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara ber­ulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka se­seorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Sedangkan narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.

Narasi Sugestif

Narasi sugerti berusaha memberi makna atas oerisriwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi). Narasi segestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca dapat menarik suatu makna baru diluar apa yang di­ungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah se­suatu yang tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu ber­ubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan dijelaskan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.
Dengan demikian narasi tidak berceritera atau memberikan komentar mengenai se­buah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk mengahadapi suatu peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka pada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.

Beberapa Bentuk Khusus Narasi

Berdasarkan bentuknya narsi dibedakan menjadi dua yaitu narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Bentuk-bentuk narasi yang terkenal yang biasa dibicarakan dalam
hu­bungan dengan kesusastraan adalah roman, novel, cerpen, dongeng (narasi fiktif) dan sejarah, biografi, autobiografi (narasi nonfiktif).
Disamping itu ada, sedikit ciri dari dua bentuk yang sering disebut, yaitu biografi dan autobiografi. Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering diungkapkan. Per­bedaannya terletak dalam masalah naratornya (pengisahannya), yaitu siapa yang ber­kisah dalam bentuk wacana ini. Pengisahan dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisahan dalam biografi adalah orang lain. Namun keduanya mempuyai ke­­samaan, yaitu menyampaikan kisah yang menarik mengenai kehidupan dan pe­ngalaman-pengalaman pribadi.
Karena wacana ini mengisahkan pengalaman-pengalaman dan kehidupan pribadi seseorang, maka pola umum yang dikembangkan disana adalah riwayat hidup pribadi se­seorang, urutan-urutan peristiwa atau tindak tanduk yang mempunyai kaitan dengan kehidupan seorang tokoh. Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan atau mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya raya itu bagi pembaca dan anggota masyarakat lainnya.
Karena autobiografi dan biografi mengisahkan suka-duka dan pengalaman se­orang secara faktual maka dapat dijamin keautentikan dan citarasa kehidupan yang se­sungguhnya, terutama yang menyangkut perincian lingkungan yang nyata se­bagaimana dikemukakan pengarang. Terlepas dari mana wujud dramatik dan saat-saat tegang yang dihadapi sang tokoh, riwayat hidup dalam kedua macam bentuk narasi ter­sebut biasanya dijalin dan dirangkaikan secara manis, langsung, dan sederhana, serta cara men­ceriterakannya juga menarik perhatian pembaca.

Hubungan Narasi Dengan Wacana Lain

 Narasi sebagai suatu bentuk wacana, dapat menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri sendiri, tetapi dapat juga menyerap bentuk lainnya. Dalam narasi dapat di­jumapai unsur-unsur argumentasi, eksposisi, dan deskripsi. Demikian juga sudah di­kemukakan, bahwa bentuk-bentuk wacana lain seperti argumentasi, eksposisi, dan deskripsi dapat juga mengandung unsur-unsur naratif.
Sebagai contoh bahwa narasi berhubungan dengan wacana lainnya dapat kita lihat dari roman atau novel, yang megisahkan bagaimana segerombolan penjahat me­lakukan perampokan dan penculikan. Kerangka umum dari novel atau roman itu tetap merupakan narasi. Tetapi menyangkut cara merampok, bagaimana mengusai medan, bagaimana menangani sandra yang ditahan, semuanya diungkapkan dengan metode eksposisi, yaitu untuk memberikan informasi yang tepat bagaimana melaksanakan ke­giatannya. Gambaran mengenai situasi gedung, tempat penjagaan, atau lainnya disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Pada waktu memperdebatkan metode-metode itu anggota gerombolan bisa beralih ke argumentasi untuk menunjukkan
ke­lemahan-kelemahan metode yang dikemukakan kawannya, dan seterusnya anggota tadi berusaha mengemukakan cara-cara yang lebih aman dan meyakinkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar