Sabtu, 02 Juni 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempuyai arti. Namun dalam kamus besar nahasa Indonesia (KBBI) memilki “caratersendiri dalam mendefinisikan kata, pertama kata adalah unsure bahasa yangdiucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Pengertian kata juga sebanding dengan pengertian ujar atau biacara.

Kata adalah deretan huruf yangdiapit dua spasi dan mempunyai arti. Jika ditinjau darisegi bahada pengertian  kata adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan di anggap sebagai satuan terkecail yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.

Kata depan atau preposisi berasal dari berasal dari bahasa Latin yang dibentuk oleh kata prae bearti ‘sebelum’ dan kata ponere bearti ‘menempatkan, tempat’). Dalam bahasa Inggris kata depan disebut preposition, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut voorzetsel. disebut kata depan karena kata depan digunakan di muka kata benda untuk merangkaikan kata benda itu dengan bagian kalimat lain. Istilah kata depan juga dipakai oleh Ramlan yang mempunyai arti: kata-kata yang berfungsi sebagai penanda dalam frase eksosentrik, secara semantik kata depan digunakan untuk menandai makna ’alat’, ’peserta’, ’cara’, ’asal’, ’bahan’, ’sebab’, ’alasan’, ’unsur’, dan ’perbandingan’.



Kata depan lebih dikenal dengan sebutan preposisi. Preposisi adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa (Abdul Chaer, 2008: 96). Kata depan mempunyai fungsi sangat penting sebab turut serta mengarahkan arti atau maksud kalimat (Sudarno dan Eman, 1986: 30). Maksudnya, jika suatu kalimat harus menggunakan kata depan, tetapi kata itu tidak digunakan, maka arti kalimat akan berubah bahkan ada yang tidak dipahami lagi maknanya.

Dalam hal ini peneliti menganalisis kesalahan penggunaan kata depan “di” dalam skripsi bahasa Indonesia khususnya pada skripsi “kemampuan siswa menentukan unsur-unsur instrinsik yang terdapat pada cerpen”, karena masih kurangnya penelitian serupa yang dilakukan oleh mahasiswa bahasa Indonesia. Analisis ini bertujuan memeberikan layanan informasi mengenai penggunaan kata depan  dan dalam penulisan skripsi kedepannya menjadi lebih baik.



1.2         Rumusan Masalah



Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah bagaimana menganalisis kesalahan-kesalahan penggunaan kata depan di dalam skripsi “kemempuan siswa menentukan unsur - unsur instrinsik yang terdapat pada cerpen”.



1.3              Tujuan Dan Manfaat

Dalam menganalisis kata depan di ini yang menjadi tujuan dan manfaat adalah :

1.      Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam menggunakan kata depan di   

pada skripsi.

2.      Sekaligus untuk perbaikan bagaimana penggunaan kata depan di  yang sebenarnya pada kalimat dalam skripsi.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1         Teori

Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan tentang kata depan, pada poin keenam dijelaskan bahwa kata depan di,ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim.

Misalnya :

Bermalam sajalah di sini

Di mana dia sekarang?

Kain itu disimpan di dalam lemari



Kata depan adalah kata yang menghubungkan kata benda dengan kata lain, serta sangat menentukan sekali sifat penghubungnya. Kata depan erat hubungannya dengan kedudukan, arah, maupun tujuan. Kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya Kata depan sejati (Di, ke, dari). Kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kata-kata yang merangkaikan tempat dan sesuatu yang dianggap tempat.

Contoh :

Di Sidoarjo,

ke pasar,

dari sekolah dll.

Dalam bahasa Indonesia, "di" memunyai dua fungsi. Pertama, sebagai prefiks (awalan) dan kedua sebagai preposisi (kata depan). Kedua fungsi yang berbeda ini kerap dikacaukan dalam penggunaannya.

Sebagai prefiks, "di" selalu diikuti oleh verba (kata kerja) dan ditulis serangkai dengan verba tersebut. Sebagai preposisi, "di" selalu diikuti oleh kata yang menerangkan tempat. Dalam hal ini, "di" ditulis terpisah dari keterangan tempat yang mengikutinya.

Contoh prefiks: ditulis, dimakan, dan didorong.

Contoh preposisi: di jalan, di kantor, dan di Bandung.

Untuk keterangan tempat yang lebih spesifik, preposisi "di" mendapat tambahan kata yang sesuai dengan kekhususan tersebut, seperti atas, bawah, luar, dalam, muka, dan belakang. Dalam konteks ini, preposisi "di" tetap ditulis terpisah dari kata tambahan tersebut.

Perhatikan contoh berikut:

Di meja, di kantor, di sekolah, di masjid, dan di rumah (tidak khusus). Adapun, di atas meja, di luar kantor, di depan sekolah, di belakang masjid, dan di dalam rumah (khusus).

Preposisi "di" juga ditulis terpisah jika diikuti kata-kata, seperti antara (di antara), mana (di mana), sana/sini (di sana/sini).

Preposisi "di" tidak boleh digunakan untuk menunjukkan waktu. Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada".

Perhatikanlah contoh berikut:

Di zaman Sriwijaya, di era pembangunan, di masa revolusi, di bulan yang lalu, dan di senja hari (tidak sesuai dengan kaidah). Seharusnya: pada zaman Sriwijaya, pada era pembangunan, pada masa revolusi, pada bulan yang lalu, dan pada senja hari (sesuai dengan kaidah).

Jika ada keterangan waktu yang menggunakan preposisi "di", biasanya hal semacam itu terdapat dalam sajak atau syair. Penyair memang memiliki kebebasan yang dikenal dengan sebutan licentia poetica. Kadang-kadang seorang pnnyair harus menyusun kata-kata untuk mendapatkan keseimbangan bunyi yang dapat melahirkan rasa keindahan. Dalam prosa dan esai, tidak boleh digunakan preposisi "di" untuk menunjukkan waktu. Larik berikut dibolehkan berdasarkan licentia poetica: di senja yang kelam ... di musim yang silam .... Kalau diukur dengan kaidah bahasa Indonesia, nukilan larik itu seharusnya berbunyi: pada senja yang kelam ...pada musim yang silam ....

Preposisi "di" tidak digunakan jika diikuti oleh kata ganti orang, seperti saya, dia, kamu, mereka, ayah, ibu, dan kakak. Sebagai gantinya, digunakan kata depan "pada".

Perhatikan contoh berikut:

"Bukumu ada di saya" atau "Titipkan bukuku di Sandri" (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, "Bukumu ada pada saya" atau "Titipkan bukuku pada Sandri" (sesuai dengan kaidah).

Preposisi "di" tidak digunakan jika yang mengikutinya adalah kata benda abstrak (niskala/tak berwujud). Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada", kadang-kadang dapat juga digunakan preposisi "dalam".

Perhatikan contoh berikut:

Di pertandingan itu, di pikirannya, di pertemuan itu, dan di kesempatan ini (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, pada (dalam) pertandingan itu, pada (dalam) pikirannya, pada (dalam) pertemuan itu, dan pada (dalam) kesempatan ini (sesuai dengan kaidah).

Kata depan "di" tidak digunakan jika keterangan tempat didahului oleh angka (jika kata depan itu diikuti oleh angka),

Misalnya :

Di Sebuah Kapal, di dua kamar dipasang, di banyak kantor, dan di lima kota (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, Pada Sebuah Kapal (judul novel Nh. Dini), pada dua kamar dipasang, pada banyak kantor, dan pada lima kota (sesuai dengan kaidah).

Kata depan "di" tidak digunakan jika diikuti oleh keterangan tempat yang tidak sebenarnya,

Misalnya:

Di wajahmu kulihat bulan, Sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi dapat menyebabkan sakit gigi, Peganglah kepalanya dengan satu tangan di dagu dan satu tangan di dahi, dan Pasanglah penghalang di sisi kiri dan kanan tangga (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, Pada wajahmu kulihat bulan, Sisa makanan yang tertinggal pada sela-sela gigi dapat menyebabkan sakit gigi, Peganglah kepalanya dengan satu tangan pada dagu dan satu tangan pada dahi, dan Pasanglah penghalang pada sisi kiri dan kanan tangga (sesuai dengan kaidah).

2.2     Metode

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini yang telah dijabarkan, maka metode yang digunakan metode sebagian karena hanya terfokus pada penggunaan kata depan di.

3.1  Data

Tabel data kesalahan penggunaan huruf kapital dalam skripsi yang berjudul kemapumuan siswa menentukan unsur-unsur instrnsik cerpen  Siswa Kelas VIII Smp Negeri 2 Kendari :



No
   

Data yang salah
   

Seharusnya


   

Dari pengertian diatas dapatlah dipakai bahwa alur cerita adalah rangkaian peristiawa yang direka atau diungkapkan dalam sebuah cerita
   

Dari pengertian di atas dapatlah dipakai bahwa alur cerita adalah rangkaian peristiawa yang direka atau diungkapkan dalam sebuah cerita

2.
   
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pemerolehan presentase kemampuan siswa dapat di lihat pada table
   

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pemerolehan presentase kemampuan siswa dapat dilihat pada tabel


3.2  Analisis

Untuk keterangan tempat yang lebih spesifik, preposisi "di" mendapat tambahan kata yang sesuai dengan kekhususan tersebut, seperti atas, bawah, luar, dalam, muka, dan belakang. Dalam konteks ini, preposisi "di" tetap ditulis terpisah dari kata tambahan tersebut. Maka penilisan kata di atas pada kalimat (Dari pengertian diatas dapatlah dipakai bahwa alur cerita adalah rangkaian peristiawa yang direka atau diungkapkan dalam sebuah cerita), tersebut keliru. Seharusnya penulisan kata di atas terpisah seperti pada table kolom kedua di atas

Terdapat juga kekeliruan pada penulisan kata dilihat seperti pada kalimat (Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pemerolehan presentase kemampuan siswa dapat di lihat pada table) yang seharunya penulisan kata dilihat tidak boleh dipisahkan karena kata ini tidak menunjukan tempat karena dalam bahada indonesia penulisan preposisi “di” ditulis apabila Untuk keterangan tempat. Yang lebih spesifik, preposisi "di" mendapat tambahan kata yang sesuai dengan kekhususan tersebut, seperti atas, bawah, luar, dalam, muka, dan belakang. Dalam konteks ini, preposisi "di" tetap ditulis terpisah dari kata tambahan tersebut.


Tugas



ANALISIS KESALAHAN BAHASA






O L E H

S  U S  R  I

A1 D3 09 091





PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar